Pendidikan milenial dan segala serba-serbinya



Kadang aku berpikir dan berakhir pada keheranan tiada ujung ketika mengamati bagaimana kehidupan sosial berjalan begitu-begitu saja. Meskipun memang hidup adalah siklus yang tentu tidak lepas dari perputaran, tapi itu membuat mata lelah. Mengapa manusia tidak mau belajar dari sejarah? Sejarah tidak melulu tentang mengingat yang sudah-sudah dan bikin gamon. Atau rentetan kalimat-kalimat panjang membosankan yang bikin ngantuk. Sejarah gak sedangkal itu kawan.

Historia vitae magistra (sejarah adalah guru kehidupan).

Di era milenial ini sebagai pelajar aku ngerasa bahwa waktu untuk belajar sebenarnya sangat cukup, terlepas dari fullday yang tugasnya sering bikin pusing juga. Menurutku otak kita begitu cukup untuk kembali mengulang apa yang kita pelajari seharian dan mempelajari materi baru untuk persiapan keesokan harinya.

Tetapi tidak. Sebagai pelajar aku melihat sendiri bagaimana program fullday school memberi dampak pada siswa di era milenial seperti ini. Perkembangan teknologi paling banyak mengambil andil. Biasanya sepulang sekolah para milenial akan menghabiskan banyak waktunya untuk main sosmed dan lain-lainnya daripada mengikuti bimbel atau istirahat. Ya, aku juga begitu. Karena memang capek, ya kan.

Banyak juga yang pulang sekolah langsung bimbel atau belajar sendiri di rumah atau ngerjain pr dari guru. Tapi bukan itu yang aku coba buat tegaskan. Di lingkungan tempatku tinggal gak begitu. Aku gak tahu ya, ini cuma di tempatku atau emang sebagian besar masyarakat Indonesia kayak gini. Banyak anggapan kalau megang buku itu kesannya sok pinter, nerd, dll.

Belajar seperti bukan kewajiban lagi. Bahkan ada kata-kata dari para pelajar kalau di sekolah kita gak boleh pegang hp, berarti di rumah kita juga gak boleh megang buku.

Young dumb. What Khalid try to said is right.
And sometimes i absolutely agree.

Selain boros kuota, boros listrik buat charge, main sosmed juga bikin stress ketika realita yang kita dapat tidak sesuai ekspektasi. Jumlah like atau followers di Instagram misalnya. Kita menjadi terlalu terpaku. Sosmed mengendalikan kita. Lalu satu hal yang paling berbahaya, semua ini membuat kita malas.

Malas. Malas. Malas.

Satu kata yang menjadi alasan terbanyak ketika seorang pelajar lebih memilih untuk main PUBG daripada ngerjain pr matematika.

Ini bukan salah sistemnya, Kawan. Ini karena kita sendiri. Pemerintah menurut aku sudah mengusahakan yang terbaik. Sedikit demi sedikit. Perlahan namun pasti. Pendidikan kita semakin baik. Aku pribadi sangat setuju dengan kebijakan fullday school. Kenapa? Karena sebagai pelajar kita memang harus belajar. Di sekolah mau tidak mau kan kita jadi belajar. Ya paling gak kalau udah terlanjur bosen kan kita bakal tetep denger penjelasan guru atau gak gitu nimbrung diskusi kelompok tentang materi yang dibahas atau nyatet-nyatet tulisan di LCD, ya pokoknya otak kita bakal kerja lah. Dan menurut aku itu lebih produktif daripada pulang siang yang belum tentu juga sampe rumah belajar kalau ga ada pr.

Memang ini berat, aku juga ngerasain ini. Sama. Tapi mana ada perjuangan mencapai kesuksesan yang mudah. Sukses itu harus ada pengorbanan dan keringat atau bahkan air mata dan darah. Jadi ya okay banget lah kalau nantinya kita sukses kan semua usaha ini jadi worth it.

Am i right?

Kita yang tinggal di Indonesia masih gak seberapa bro daripada pelajar-pelajar di Korea Selatan. Mereka pulang sekolah jam sepuluh malam buat anak SMA nya. Selepas itupun masih ada bimbel, belajar di rumah, dll. Persaingan di sana itu benar-benar crazy. Semuanya berusaha sangat keras. Tapi mereka bisa dong. Ya masa kita enggak?

Kita bisa melalui ini. Sekarang banyak remaja Indonesia yang sukses. Itu karena mereka struggle and fight to reach their goals. Bukan cuma leha-leha mantengin medsos atau rumput-rumput cantik.

Satu lagi yang perlu aku tegaskan. Belajar yang cerdas itu efektif dan efisien, gak tergantung waktu. Kalau kamu punya pemikiran kek gini. Aku juga. Karena otak aku cepet bosan. Terutama dengan sistem yang diulang-ulang. Tapi menurutku semuanya memang harus dilalui dengan susah. Kalaupun bosan ya kita harus ingat apa goals kita sejak awal di sini. Jadi perjuangin dan jangan malas.

Kamu butuh melakukan banyak sekali usaha untuk bisa mencapai mimpimu. Tapi kalau kamu mau menghancurkannya kamu cuma butuh satu hal, malas.

S. E. U.
Anggun

Komentar

Posting Komentar